Posted by: amgy | February 12, 2008

ORIENTASI BARU PEMIKIRAN KALAM

Oleh Adeng Muchtar Ghazali

Aliran Mu’tazilah, Asy’ariyah, Maturidiyah, dan juga Syi’ah, tak dipungkiri sebagai aliran-aliran besar dalam sejarah pemikiran Kalam. Disebut sebagai “aliran-aliran besar”, paling tidak, saya dapat mengemukakan beberapa alasan akademis berikut :
Pertama,   secara metodologis, keempat aliran tersebut telah meletakkan dasar-dasar ’metode keilmuan’ dalam memahami dan mempertahankan prinsip-prinsip dasar keyakinan Islam. Sekalipun metode-metode itu berasal dari ’metode berfikir’ filsafat Yunani, – dimana semua disiplin ilmu apa pun namanya tidak lepas dari kerangka berfikir filsafat ini – namun, keempat aliran tersebut telah berhasil merumuskan sebuah bangunan pemikiran keislaman yang sistimatis, obyektif, dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga menjadi sebuah pemikiran teologis yang khas;
Kedua, sebagai suatu aliran teologis, pemikiran keislaman keempat aliran tersebut mewarnai dan memberi pengaruh besar terhadap pola dan trend pemikiran umat Islam sampai sekarang;
Ketiga, berkaitan dengan alasan pertama dan kedua di atas, maka tidak heran keempat aliran tersebut menjadi obyek penelitian dan referensi para ilmuwan Islam maupun non-Islam di bidang pemikiran teologi Islam.
Keempat, karena alasan-alasan itulah, maka di beberapa perguruan tinggi Islam, keempat aliran tersebut dimasukkan dalam kurikulum/silabi Pemikiran Modern Dalam Islam maupun Ilmu Kalam itu sendiri.
Di luar alasan-alasan di atas, Arkoun (Lihat; Amin Abdullah, 1997) dan Fazlur Rahman (1993) mengemukakan alasan-alasan politis dan sosial kultural berkenaan dengan trend dan kemapanan pemikiran Kalam. Secara politis, menurut Arkoun, bahwa teologi Islam ortodoks selalu bernasib baik, sehubungan corak pemikirannya selalu dimanfaatkan oleh para penguasa sejak abad kedua belas Miladiah untuk menjaga stabilitas negara. Dalam hal ini, teologi Asy’ariyah jauh lebih diutamakan daripada usaha-usaha yang bersipat inovatif, reformatif, dan transformatif. Implikasinya adalah, masyarakat Muslim bersikap apatis dan menerima apa adanya tanpa ada usaha evaluasi kritik terhadap bentuk teologi yang sudah terlanjur mapan tersebut.
Secara sosial kultural, menurut Fazlur Rahman, dan alasan ini ada hubungannya dengan alasan politis di atas, bahwa adanya kemandegan kreatifitas berfikir umat Islam disebabkan mereka menghadapi dua dilema, yaitu di satu pihak mereka ingin merekonstruksi ajaran Islam sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi di pihak lain, mereka khawatir usahanya itu bertentangan dengan pandangan lama.
Untuk kepentingan pengembangan pola berfikir umat Islam supaya tidak terjadi kemandegan, umumnya, dan kepentingan Ilmu Kalam pada khususnya, maka alasan-alasan tersebut di atas harus menjadi daya pendorong kita untuk melakukan kritik ulang terhadap pemikiran kalam sesuai dengan situasi dan perkembangan zaman. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman, pemikiran, dan orientasi baru Ilmu Kalam. Sebab, tidak perlu ada perdebatan, bahwa memang kita perlu melestarikan tradisi keilmuan Islam yang telah terbangun secara kokoh sejak berabad-abad lalu serta memanfaatkannya untuk membendung aspek negatif dari gerak arus modernisasi dan globalisasi sekarang ini.
Tidaklah salah untuk mengkritisi dan membangun ulang pemikiran Kalam berdasarkan trend pemikiran kontemporer yang sedang berkembang sekarang ini. Pemikiran Kalam lama, tidaklah bersipat mutlak, ia merupakan ekspresi, spontanitas, dan dibentuk oleh suatu zaman yang berkembang pada saat itu. Kita telah diwarisi oleh metode-metode keilmuan Islam tradisional, tinggal bagaimana kita mengembangkannya sesuai dengan perkembangan pemikiran sekarang, sehingga, keilmuan Islam tradisional itu dipandang bukan hanya sebagai warisan tradisional khazanah intelektual Muslim semata, tetapi juga sebagai trend pemikiran (keilmuan) Muslim kontemporer yang akan diwarisi kepada generasi berikutnya.

Kepustakaan :
1.    Adeng Muchtar Ghazali, Pemikiran Islam Kontemporer, Pustaka Setia, Bandung, 2005
2.    Amin Abdullah, Falsafah Kalam di Era Postmodernisme, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997.
3.    Fazlur Rahman, Islam & Modernity : Transformation of an Intellectual Tradition, the University of Chicago Press, 1993


Leave a comment

Categories